Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung
dan Stroke
Jangan mengabaikan
kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang
Masih ingat pelawak
Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06)
lalu karena stroke ringan dan kanker otak setelah giginya terinfeksi berat.
Adakah hubungan antara sakit gigi dengan stroke? "Yang dialami Leysus
disebut focal infection dental origin atau focal infection (FI)," jelas
Drg. Bobby Gunadi dari Menteng Dental Clinic.
FI
terjadi ketika migroorganisma yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan
infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. "Infeksi di akar gigi
maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan
mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah,
produk bakteri berupa toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh," lanjut
Bobby.
Sejak
ditemukannya mikroskop oleh Antoni van Leeuwenhoek pada abad ke-17, ditemukan
lebih dari 6 milyar mikroba tinggal dan hidup di dalam mulut, yang berasal
lebih dari 500 strain yang berbeda. Yang terbanyak adalah Candida albicans, Porphyromonas gingivalis, Streptococus mutans,
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Treponema denticola, dan streptococcus
sanguis.
Gigi
dan mulut, jelas Bobby, sebetulnya merupakan tempat yang sangat jorok.
“Bayangkan,
ada lebih dari 350 mikroorganisme (bakteri) di dalam mulut. Bakteri ini
sebetulnya tak akan "bermasalah" jika jumlahnya seimbang dan hidup
harmonis. Tetapi bisa menjadi tidak harmonis jika muncul gangguan, seperti
karies (gigi berlubang), penyakit penyangga gigi (periodontal), atau ada
infeksi," jelas Bobby.
Contohnya,
karies (gigi berlubang). "Kalau kariesnya masih kecil dan belum begitu
dalam, mungkin tidak akan mengganggu. Namun, begitu karies membesar dan makin
dalam, bisa terjadi infeksi. Nah, infeksi inilah yang bisa memicu
penyakit."
GAYA HIDUP
Harus
diakui, sebagian besar orang Indonesia
masih belum begitu memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
“Mereka
tidak pernah mengira bahwa penyakit lain yang mereka derita itu kemungkinan
berasal dari kesehatan gigi dan mulut," kata Bobby menyayangkan.
Contoh
paling sering adalah sakit kepala. "Jarang, lo, yang mengaitkan sakit
kepala dengan kesehatan gigi dan mulut," ujar Bobby. "Orang juga
belum memahami pentingnya dokter gigi. Gigi sakit hanya minum obat-obat painkiller, sementara penyebab utamanya
tidak dihilangkan. Minum obat sembuh, tapi apakah menyembuhkan penyakitnya?
Tidak. Ini hanya membuat penyakit makin terlokalisir," kata Bobby.
Pada
karies (gigi berlubang), misalnya, makanan yang menempel akan mengundang
bakteri, yang kemudian terisap lewat pembuluh darah. Lama-lama, jika tak segera ditangani, karies
gigi akan makin dalam dan gigi makin rusak. "Akhirnya, terkena saraf gigi
(pulpa), akibatnya akan makin susah dibersihkan. Pulpa itu, kan, isinya pembuluh darah dan saraf. Nah,
infeksi yang menjalar sampai ke ujung akar akan membuat bakteri masuk. Bakteri
ini berjalan lewat pembuluh darah, dan bisa mampir ke mana saja.”
Tapi,
"Tentu ini bukan satu-satunya penyebab. Masih ada penyebab-penyebab lain,
misalnya daya tahan tubuh atau memang orang itu sudah punya faktor
risiko," tutur Bobby melanjutkan. "Orang dengan gaya hidup yang tidak sehat, bisa dipastikan
tidak pernah ke dokter gigi. Jangankan yang gaya hidupnya asal-asalan, yang bener saja
belum tentu rajin ke dokter gigi, kok. Memang butuh kemauan kuat untuk ke
dokter gigi. Yang biasa terjadi, orang baru ke dokter gigi kalau sudah
kesakitan," lanjut Bobby. Contohnya perokok. "Orang yang merokok
umumnya punya penyakit periodontal, karena kondisi mulutnya yang selalu panas.”
Gaya hidup sehat ternyata
juga tak hanya menyangkut makanan sehat atau olahraga teratur, tapi juga rutin
melakukan general check-up dan ke dokter gigi. "Jadi, konsep gaya hidup sehat sekarang
harus lebih luas lagi. Ini yang belum dipahami masyarakat. Orang yang nge-gym
tiap hari belum tentu sehat, kalau ia tidak pernah melakukan general check-up
atau tidak pernah ke dokter gigi. Memang, risiko bisa ditekan, tapi tetap
ada," kata Bobby seraya menambahkan perbedaan pola sakit orang Indonesia.
"Kalau belum ambruk, belum dianggap sakit.”
STROKE MENINGKAT
Bakteri yang berasal
dari jaringan penyangga gigi dapat masuk ke pembuluh darah dan dapat berjalan
ke seluruh organ vital dan menimbulkan infeksi.
“Akibatnya,
ini akan memperbesar risiko penyakit jantung, stroke, meningkatkan
kecenderungan wanita hamil melahirkan prematur dan bayi dengan berat badan kurang, serta meningkatkan
ancaman bagi pasien-pasien yang menderita diabetes, penyakit saluran
pernafasan, dan osteoporosis," kata Bobby.
1. Jantung dan Stroke
Ada beberapa teori yang
menyatakan hubungan antara penyakit di mulut dengan penyakit jantung.
"Salah satu teori menyatakan, bakteri dari mulut (oral bacteria) ketika
masuk ke dalam pembuluh darah akan menempel pada timbunan lemak di pembuluh
arteri jantung dan akan menimbulkan bekuan," jelas Bobby.
Karakteristik
penyakit jantung koroner adalah menebalnya pembuluh darah koroner jantung yang
disebabkan timbunan lemak. "Ini akan menghambat aliran darah ke jantung,
sehingga nutirsi dan oksigen yang dibutuhkan jantung menjadi terhambat, yang
dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung.”
Kemungkinan
lainnya, pembengkakan yang terjadi akibat penyakit periodontal meningkatkan
timbunan lemak, yang mengontribusi pembengkakan arteri. "Orang yang
menderita penyakit periodontal, berisiko 2 kali lebih besar menderita penyakit
jantung koroner dibandingkan yang tidak," kata Bobby menjelaskan.
Penelitian
tambahan juga menunjukkan adanya hubungan antara penyakit periodontal dan stroke. "Orang
yang telah didiagnosa stroke umumnya lebih besar kemungkinan memiliki infeksi
di mulutnya," jelas Bobby.
2. Diabetes
Orang
yang menderita diabetes cenderung menderita penyakit periodontal dibandingkan
mereka yang sehat. "Kemungkinan, ini karena orang yang menderita diabetes
lebih rentan terhadap infeksi. Faktanya, penderita diabetes lebih banyak
mengeluh tentang adanya penyakit periodontal, seperti gusi mudah berdarah, bau
mulut, dan sebagainya," kata Bobby.
3. Penyakit saluran
pernafasan
Infeksi
di mulut dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan bila bakteri terhisap
masuk ke saluran pernafasan. Bahkan, bakteri dapat berkembang biak dan menyebar
sampai ke paru-paru. "Hasil penelitian menunjukkan, pasien dengan radang
paru-paru kemungkinan besar juga menderita penyakit periodontal," kata
Bobby.
4. Bayi prematur atau
bayi kurang berat
Sudah
lama diketahui bahwa ibu hamil yang merokok, peminum alkohol, dan pemakai
obat-obatan berisiko melahirkan bayi lahir prematur atau bayi lahir kurang
berat. "Tapi, sekarang ditemukan lagi bahwa ibu hamil dengan penyakit
periodontal berisiko 7 kali lebih besar melahirkan bayi yang lahir lebih awal
atau bayi kecil. Penyakit periodontal akan meningkatkan derajat cairan biologis
yang merangsang kelahiran," ujar Bobby.
ENAM BULAN SEKALI
Sebetulnya,
sebagian besar orang sudah tahu cara merawat kesehatan mulut dan gigi, tapi
terkadang mengabaikan. "Yang jelas, ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali,
sikat gigi dua kali sehari sesudah makan, memakai dental floss," saran
Bobby. "Juga, jadikan ke dokter gigi sebagai life style, jadi nggak akan
terasa sebagai beban. Dan terakhir, perkuat awareness bahwa pola hidup sehat
itu tak hanya makan teratur dan olahraga, tapi juga termasuk oral
hygiene."
TAK KALAH PENTING
Yang
tak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan jaringan
penyangga gigi. "Penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal diseases)
hanya dapat terdeteksi bila dilakukan pemeriksaan cermat," kata Bobby.
Pemeriksaan jaringan penyangga gigi sangat penting bila:
a.
Adanya gejala penyakit penyangga gigi,
seperti gusi berdarah spontan atau gusi berdarah waktu menyikat gigi,
pembengkakan gusi, gigi goyang, atau gusi terasa gatal.
b.
Memiliki riwayat penyakit jantung dan
pembuluh darah, kencing manis, penyakit saluran pernafasan, dan osteoporosis.
c.
Berpikir untuk hamil.
d.
Anggota keluarga memiliki riwayat
penyakit jaringan penyangga gigi. Menurut penelitian, penyakit periodontal
dapat menular melalui air liur. "Ini berarti, anak-anak dan anggota
keluarga lain berisiko tertular," lanjut Bobby.
e.
Sariawan yang tidak sembuh-sembuh
dalam jangka waktu 2 minggu.
(Tabloid Nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar